Dua bulan berlalu dari keberangkatan saya ke Belanda untuk menghadiri konferensi internasional yang diselenggarakan oleh PPI Wageningen. Belanda, Eropa, jauh dari Indonesia. Pesawat, terbang, bandara dan menjelajah awan. Belum sempat terlintas di benak akan ke luar negeri secepat dan setergesa-gesa ini. Rencana pengen studi ke luar negeri ada, namun entah kapan dan bagaimana caranya saja masih ngambang-ngambang jauh, mungkin tersembunyi di atas awan cumolonimbus, awan yang lagi hits dua pekan ini.
Agustus 2014 resmi sudah saya seorang Sarjana. Pengangguran, job seeker istilah kerennya, kerjaan sudah ada cuma kurang aja buat hidup, buat main cukup lah. Berkeliaran di luaran sambil menantikan tes CPNS. Alhamdulillah masih ada naungan asisten lab yang masih memperbolehkan untuk sedikit agak lama bertahan di kampus setidaknya satu semester membantu pelaksanaan praktikum adik-adik angkatan, karena saya satu-satunya angkatan 2009 diantara para asisten yang menjadi junior saya. Lulus terakhir untuk memastikan semua kawan asisten 2009 sudah lulus semua, naif, alibi untuk tugas akhir yang terlalu lama didiamkan.
September 2014, notifikasi WA di HP sponsor PPA muncul, satu kawan asisten share info mengenai pelaksanaan konferensi internasional khusus untuk pelajar dan peneliti Indonesia. Kebetulan salah satu topik berkaitan dengan penelitian yang saya lakukan untuk tugas akhir saya, burung hantu yang akan membantu petani untuk menjaga ekosistem sawah dari serangan tikus yang menggila. Iseng-iseng berhadiah sekaligus modus, saya coba kirimkan translate abstraksi skripsi saya sebagai salah satu partisipan kegiatan tersebut. Wageningen, Belanda, nama yang kemudian semakin akrab selain Amsterdam-Uthrecht-Arheim-Eindhoven, beberapa nama kota di Belanda yang saya kenal semasa SMP dulu, jauh terlempar di medio 2003-2006.
|
fotonya dishare kawan asisten yang kemudian nantinya ikut mengirimkan papernya dan lolos juga, nanti saya bahas di tulisan selanjutnya |
Iseng-iseng berhadiah mengirimkan abstraksi yang sedikit berimbuhan beberapa kata manis, sedikit modus untuk translatenya walau akhirnya nekat juga ngirim abstraksi asal-asalan. H-1 deadline pengiriman abstraksi ternyata mendapat extended deadline mundur sampai Oktober, masih bulan depan yang artinya persiapan macem-macem juga mundur. Karena nantinya menjadi sangat gambling ketika sudah membuat paspor dan visa namun akhirnya tidak jadi berangkat. Alhamdulillah sebelumnya ada sedikit rejeki untuk membuat paspor, skalian aja deh, mumpung ada duit, kalo paspor bisa dipake kapan aja, siapa tahu beneran kesampean studi abroadnya.
Agak-agak khawatir dengan pengumuman yang tidak kunjung datang. Akhirnya datang juga konfirmasi lolosnya, alhamdulillah. Dan kemudian adalah bagaimana caranya ke Belanda, nyepedah aja?
|
lolos sementara, panitianya excited ama topiknya, minta tambahan data dan kemudian benar-benar lolos |
Ah Belanda, Eropa, mendekati musim dingin, baru mulai lah. Sebelumnya medio 2013-2014 sudah dipameri 2 orang yang mampir keliling Eropa dan muteri Malaysia-Singapura, akhirnya tiba giliran saya. Beberapa hari ini baru saya sadari, dulu pernah ada adik kelas yang via DM Twitter nulis pake bahasa Belanda
|
lupakan bener enggak tulisannya, ya dikit-dikit ada bahasa belandanya lah |
Kita bermimpi, teman disekitarnya memotivasi untuk bertindak dan kerja keras harus keluar dari diri kita sendiri. Itu dulu, nanti saya sambung lagi dengan kisah lainnya mulai persiapan sampai balik Indonesia lagi.
|
saya yang dilingkari merah |
|
wageningen university |
|
lost in lunteren (nanti saya ceritakan kisahnya di tulisan yang lain) |
|
oranye, hijau dan coklat, awal musim dingin |
|
asrama gratisan :P |
Sore . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar