14 Januari 2015

Belanda (2. Menuju Amsterdam)

Invitasi sudah masuk melalui email. Berarti sudah saatnya menyiapkan segala berkas untuk menuju Belanda. Paspor alhamdulillah masih ada kemarin sisa uang nyerabut bantu-bantu guru SMA, maklum resmi pengangguran sejak 19 Agustus 2014 kemarin. Alhamdulillah jalan masih panjang untuk berjuang mencari sumber penghasilan yang lebih baik daripada hanya nyerabut beberapa bulan ini. Paspor, aman! Visanya masih harus berusaha ngurus lagi ke Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta. Jakarta lagi, setelah verifikasi berkas CPNS KLH Oktober kemarin, kali ini Kereta Api Ekonomi AC saya bersama 3 kawan lainnya menuju Kuningan.

Visa untuk masuk ke Belanda namanya Visa Schengen, yang sebenarnya paketan untuk memasuki beberapa Negara di Eropa. Eropa men, Benua Biru, tahun lalu aja sukses dibikin courious ama temen yang dapet bonusan muterin Eropa setelah sukses dapet program exchangenya EM. Mayan lah dapet kecretan postcard ama teh :* Visa Schengen tadi diurusnya di Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Harus langsung dateng ke Kuningan buat ngurus, bisa sih pake agency tapi tetep aja harus dating sendiri, yah lumayan kesempatan bertualang ke Jakarta lagi main-main pake moda transportasi massalnya (lagi).

Administrasi aman lah tinggal siapin berkas-berkas persyaratan. Uang bro, modal utama buat berangkat-bayar Visa 60 Euro (meski akhirnya kena pembulatan jadi IDR 900k di Kedutaan). Syarat yang agak bikin nylekit adalah jaminan keuangan minimal 35 Euro per hari yang harus terakumulasi di rekening Bank sekaligus jaminan dari Bank kalo keuangannya lancar (ga diblokir dkk). Rencana awal bakalan sekitar 1 pekan di Belanda berarti 35 Euro x 6 hari = 210 Euro (sekitar 3 jutaan lah). Mak, uang dari mana itu? Status sih Sarjana, that’s mean ga ada bantuan dari Fakultas. Alhamdulillah kemarin berhasil nyomot 1 temen yang mau ikut ke Belanda, masih kuliah jadi masih bisa minta ke Fakultas. Awal ke Wadek 1 minta bantuan udah beneran deh berdua cuma bakalan dikasih 1 slot buat bantuan, lumayan 500k modal buat ngurus visa (tiket PP aja deh). Beda ama temen sebelah yang dapet talangan 5000k dari Sekolah Pasca Sarjana (doi anak S2 men), yah rejeki dan JODOH emang sudah diatur.

Kenalan dulu deh ama personel rombongan penjajah (red : pejuang konferensi) menuju Belanda.

Bintang Soma Perdana, baru aja ujian pendadaran dan harus rematch ama dosen pembimbingnya yang sakit, doi yang ngasih info konferensi di Wageningennya walau akhirnya doi dan tim gagal berangkat tapi tetep presentasi via Skype (kisah selanjutnya akan saya ceritakan). Bintang barengan 2 temennya (1 orang ceweknya), tim campuran 3 fakultas. Itu tim pertama. Tim Kedua isinya 

Gagar Mewasdinta, sukses ujian pendadaran senin kemarin, adik angkatan yang ngangkat tema Lahan Pasir Pantai bersama Eka Nur Jannah (anak S2 nya tadi) dan Nina (pacarnya). Namun kemudian hanya Eka yang berangkat mewakili tim kedua. Tim Ketiga, bukan tim sih tapi perorangan, Firman, anak jurusan sebelah yang udah keliling Luar Negeri, sudah hampir pasti berangkat tapi ga jadi juga L. Tim terakhir (dari Fakultas ane, Fakultas Pertanian UGM) saya dan teman yang saya culik tadi, Ryan Rahmadriansyah, masih segera akan ke lapangan untuk tugas akhirnya (kita doakan semoga lancar dan segera selesai). Dari UGM yang pasti saya tahu masih ada 1 tim lagi dari Peternakan, sisanya jumlah pasti kontingen dari UGM yang lolos abstrak nya saya kurang tahu.
Bintang & Lila 
Gagar
Eka
Firman
Jujur saja, saya kesulitan untuk mencari sponsor. Partner saya juga berusaha untuk mencari bantuan paling tidak untuk keberangkatan ke Belanda dan pulang kembali ke Indonesia. Kelima tim tadi pun mencari cara untuk cari dana, panitia tidak memfasilitasi akomodasi untuk keberangkatan peserta. Pengajuan proposal ke Universitas juga sudah ditempuh namun juga akhirnya kemarin dicairkan dapet 500k untuk 5 nama yang tercantum (3 orang yang bisa berangkat). Akhirnya memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman lunak ke yayasan Ibuk-Bapak, jumlahnya buanyak. Harga tiket PP Jakarta-Amsterdam kisaran $900an - $1400an, harga rupiah dengan kurs dollar saat itu sekitar 10-17 juta lah.

Syarat Visa Schengen ditangan, booking tiket pesawat-booking tempat tinggal (hotel) di Belanda-itinerary (jadwal main-main)-buku rekening dan surat referensi bank yang berisikan uang utangan biar pas cukupan untuk syarat uangnya walau di Belanda akhirnya juga harus super ngirit. Berangkatlah ke Jakarta, Stasiun Senen tujuan kami yang berangkat, saya-Ryan-Eka-Firman (sementara berempat yang fix confirmed berangkat walau masih banyak syarat dan ketentuan untuk benar-benar berangkat). 10 November kami agendakan menuju Kedutaan Besar Kerajaan Belanda jadi tanggal 8 November kami berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Tanggal 9 November pagi kami sudah berada di Jakarta menuju rumah nenek Ryan di Kalibata. Sepekan sebelumnya saya harus mempersiapkan anak-anak saya untuk mengikuti Lomba Baris-berbaris tingkat Kota yang dilaksanakan tanggal 9 November 2014, poor me, saya tidak bisa berbuat banyak untuk mereka, saya harus menginggalkan disaat yang penting, mendampingi lomba. Sabtu sore 8 November saya harus berpamitan untuk tidak bisa menemani lomba, alhamdulillah kemudian ada walimurid yang sebelumnya saya ceritakan bahwa saya akan menuju Belanda untuk mengikuti konferensi memberikan uang saku, cukup bahkan lebih untuk mengurus Visa Schengen.
Anak didik saya yang Juara, menuju Tingkat Provinsi
Jakarta, yes moda transportasi massal (lagi), Commutter Line dari Senen menuju Stasiun Pasar Minggu melaju membawa kami berempat yang sudah menyempatkan sarapan di Warteg depan Stasiun Senen. Alhamdulillah setelah maghrib saya mendapatkan kabar anak-anak juara 2 dan berhak menuju tingkat Provinsi namun sayang saya kembali tidak bisa menemani karena tanggal 22 saya harus presentasi di Wageningen (kalau Visanya jadi dan uangnya cukup). Senin pagi kami berempat nggasik menuju Kuningan dengan taksi, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda berada di kompleks kedutaan besar negara sahabat di Kuningan. Setidaknya kami harus menunggu sekitar 1 jam sampai gerbang dibuka. A really cozy place, asyik banget tempatnya, kawasan yang penuh pohon rindang, adhem. Syarat kami masukkan dan lancar masuk ke loket, harus menunggu esok sore pukul 3 untuk mengambil Visanya, Eka dan Firman memutuskan pulang ke Jogja dengan meninggalkan surat kuasa untuk mengambil visa, Ryan balik ke rumah neneknya dan saya menuju Depok menikmati suasana Commutter Line (saya sangat berharap segera ada di Jogja) ke rumah Bulik saya di Cimanggis.

Hari berikutnya pukul 2 siang saya dan Ryan sudah berada di luar Kedutaan Besar Kerajaan Belanda menantikan pintu dibuka kembali untuk pengambilan Visa. Nomor urut diberikan agar prosesnya lebih lancar. Giliran dipanggil ke loket, kami maju untuk mengambil, sudah ada perasaan agak ngganjel sebelum masuk, aneh aja. Di ruang tunggu sebelumnya kami melihat 2 makhluk agak mencurigakan, hipotesis kami adalah mereka juga akan menuju Wageningen, nanti saya ceritakan agak di belakang. Kembali ke loket pengambilan Visa. Petugas mengecek nama kami dan ternyata ada dokumen yang tidak sesuai, ”enggak ngecek email ya mas? kemarin kami email kalau ada dokumen yang harus diperbaiki, ini referensi bank nya ga sesuai dengan jumlah uang yang ada di buku rekening” Jleb, agak lemes saat itu haruskah ga jadi ke Belanda? 1 orang saja sih yang dokumennya bermasalah tapi harus diperbaiki dulu baru bisa diambil 4 Visa yang sudah diurus. Tiket balik Jogja sudah kami beli untuk malam harinya, kami putuskan untuk kembali ke Jogja dulu baru nanti diurus segala kekurangannya di Jogja. Ryan harus kembali lagi ke Jakarta bahkan sampai 2 kali karena dokumen revisi pertama yang diberikan ternyata kembali tidak sesuai L.

Akhirnya persetujuan Visa Schengen bisa dikeluarkan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Alhamdulillah, EROPA! Tiket pesawat harus segera diburu dengan uang seadanya. Saya kembali ke melatih anak-anak SMP saya menuju lomba tingkat Provinsi dan sambil mencari cara bagaimana mendapatkan tiket menuju Belanda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar