Invitasi sudah masuk melalui email. Berarti sudah saatnya
menyiapkan segala berkas untuk menuju Belanda. Paspor alhamdulillah masih ada
kemarin sisa uang nyerabut bantu-bantu guru SMA, maklum resmi pengangguran
sejak 19 Agustus 2014 kemarin. Alhamdulillah jalan masih panjang untuk berjuang
mencari sumber penghasilan yang lebih baik daripada hanya nyerabut beberapa
bulan ini. Paspor, aman! Visanya masih harus berusaha ngurus lagi ke Kedutaan
Besar Kerajaan Belanda di Jakarta. Jakarta lagi, setelah verifikasi berkas CPNS
KLH Oktober kemarin, kali ini Kereta Api Ekonomi AC saya bersama 3 kawan
lainnya menuju Kuningan.
Administrasi aman
lah tinggal siapin berkas-berkas persyaratan. Uang bro, modal utama buat
berangkat-bayar Visa 60 Euro (meski akhirnya kena pembulatan jadi IDR 900k di
Kedutaan). Syarat yang agak bikin nylekit adalah jaminan keuangan minimal 35
Euro per hari yang harus terakumulasi di rekening Bank sekaligus jaminan dari
Bank kalo keuangannya lancar (ga diblokir dkk). Rencana awal bakalan sekitar 1
pekan di Belanda berarti 35 Euro x 6 hari = 210 Euro (sekitar 3 jutaan lah).
Mak, uang dari mana itu? Status sih Sarjana, that’s mean ga ada bantuan dari
Fakultas. Alhamdulillah kemarin berhasil nyomot 1 temen yang mau ikut ke
Belanda, masih kuliah jadi masih bisa minta ke Fakultas. Awal ke Wadek 1 minta
bantuan udah beneran deh berdua cuma bakalan dikasih 1 slot buat bantuan,
lumayan 500k modal buat ngurus visa (tiket PP aja deh). Beda ama temen sebelah
yang dapet talangan 5000k dari Sekolah Pasca Sarjana (doi anak S2 men), yah
rejeki dan JODOH emang sudah diatur.
Kenalan dulu deh
ama personel rombongan penjajah (red : pejuang konferensi) menuju Belanda.
Bintang
Soma Perdana, baru aja ujian pendadaran dan harus rematch ama dosen
pembimbingnya yang sakit, doi yang ngasih info konferensi di Wageningennya
walau akhirnya doi dan tim gagal berangkat tapi tetep presentasi via Skype
(kisah selanjutnya akan saya ceritakan). Bintang barengan 2 temennya (1 orang
ceweknya), tim campuran 3 fakultas. Itu tim pertama. Tim Kedua isinya
Gagar
Mewasdinta, sukses ujian pendadaran senin kemarin, adik angkatan yang ngangkat
tema Lahan Pasir Pantai bersama Eka Nur Jannah (anak S2 nya tadi) dan Nina
(pacarnya). Namun kemudian hanya Eka yang berangkat mewakili tim kedua. Tim
Ketiga, bukan tim sih tapi perorangan, Firman, anak jurusan sebelah yang udah
keliling Luar Negeri, sudah hampir pasti berangkat tapi ga jadi juga L. Tim terakhir (dari Fakultas ane, Fakultas
Pertanian UGM) saya dan teman yang saya culik tadi, Ryan Rahmadriansyah, masih
segera akan ke lapangan untuk tugas akhirnya (kita doakan semoga lancar dan
segera selesai). Dari UGM yang pasti saya tahu masih ada 1 tim lagi dari
Peternakan, sisanya jumlah pasti kontingen dari UGM yang lolos abstrak nya saya
kurang tahu.
Bintang & Lila |
Gagar |
Eka |
Firman |
Jujur saja, saya
kesulitan untuk mencari sponsor. Partner saya juga berusaha untuk mencari
bantuan paling tidak untuk keberangkatan ke Belanda dan pulang kembali ke
Indonesia. Kelima tim tadi pun mencari cara untuk cari dana, panitia tidak
memfasilitasi akomodasi untuk keberangkatan peserta. Pengajuan proposal ke
Universitas juga sudah ditempuh namun juga akhirnya kemarin dicairkan dapet
500k untuk 5 nama yang tercantum (3 orang yang bisa berangkat). Akhirnya
memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman lunak ke yayasan Ibuk-Bapak,
jumlahnya buanyak. Harga tiket PP Jakarta-Amsterdam kisaran $900an - $1400an,
harga rupiah dengan kurs dollar saat itu sekitar 10-17 juta lah.
Syarat Visa
Schengen ditangan, booking tiket pesawat-booking tempat tinggal (hotel) di
Belanda-itinerary (jadwal main-main)-buku rekening dan surat referensi bank
yang berisikan uang utangan biar pas cukupan untuk syarat uangnya walau di
Belanda akhirnya juga harus super ngirit. Berangkatlah ke Jakarta, Stasiun
Senen tujuan kami yang berangkat, saya-Ryan-Eka-Firman (sementara berempat yang
fix confirmed berangkat walau masih banyak syarat dan ketentuan untuk
benar-benar berangkat). 10 November kami agendakan menuju Kedutaan Besar
Kerajaan Belanda jadi tanggal 8 November kami berangkat dari Stasiun
Lempuyangan. Tanggal 9 November pagi kami sudah berada di Jakarta menuju rumah
nenek Ryan di Kalibata. Sepekan sebelumnya saya harus mempersiapkan anak-anak
saya untuk mengikuti Lomba Baris-berbaris tingkat Kota yang dilaksanakan
tanggal 9 November 2014, poor me, saya tidak bisa berbuat banyak untuk mereka,
saya harus menginggalkan disaat yang penting, mendampingi lomba. Sabtu sore 8
November saya harus berpamitan untuk tidak bisa menemani lomba, alhamdulillah
kemudian ada walimurid yang sebelumnya saya ceritakan bahwa saya akan menuju
Belanda untuk mengikuti konferensi memberikan uang saku, cukup bahkan lebih
untuk mengurus Visa Schengen.
Jakarta, yes moda
transportasi massal (lagi), Commutter Line dari Senen menuju Stasiun Pasar
Minggu melaju membawa kami berempat yang sudah menyempatkan sarapan di Warteg
depan Stasiun Senen. Alhamdulillah setelah maghrib saya mendapatkan kabar
anak-anak juara 2 dan berhak menuju tingkat Provinsi namun sayang saya kembali
tidak bisa menemani karena tanggal 22 saya harus presentasi di Wageningen
(kalau Visanya jadi dan uangnya cukup). Senin pagi kami berempat nggasik menuju
Kuningan dengan taksi, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda berada di kompleks
kedutaan besar negara sahabat di Kuningan. Setidaknya kami harus menunggu
sekitar 1 jam sampai gerbang dibuka. A really cozy place, asyik banget
tempatnya, kawasan yang penuh pohon rindang, adhem. Syarat kami masukkan dan
lancar masuk ke loket, harus menunggu esok sore pukul 3 untuk mengambil
Visanya, Eka dan Firman memutuskan pulang ke Jogja dengan meninggalkan surat
kuasa untuk mengambil visa, Ryan balik ke rumah neneknya dan saya menuju Depok
menikmati suasana Commutter Line (saya sangat berharap segera ada di Jogja) ke
rumah Bulik saya di Cimanggis.
Anak didik saya yang Juara, menuju Tingkat Provinsi |
Hari berikutnya
pukul 2 siang saya dan Ryan sudah berada di luar Kedutaan Besar Kerajaan
Belanda menantikan pintu dibuka kembali untuk pengambilan Visa. Nomor urut diberikan
agar prosesnya lebih lancar. Giliran dipanggil ke loket, kami maju untuk
mengambil, sudah ada perasaan agak ngganjel sebelum masuk, aneh aja. Di ruang
tunggu sebelumnya kami melihat 2 makhluk agak mencurigakan, hipotesis kami
adalah mereka juga akan menuju Wageningen, nanti saya ceritakan agak di
belakang. Kembali ke loket pengambilan Visa. Petugas mengecek nama kami dan
ternyata ada dokumen yang tidak sesuai, ”enggak ngecek email ya mas? kemarin
kami email kalau ada dokumen yang harus diperbaiki, ini referensi bank nya ga
sesuai dengan jumlah uang yang ada di buku rekening” Jleb, agak lemes saat itu
haruskah ga jadi ke Belanda? 1 orang saja sih yang dokumennya bermasalah tapi
harus diperbaiki dulu baru bisa diambil 4 Visa yang sudah diurus. Tiket balik
Jogja sudah kami beli untuk malam harinya, kami putuskan untuk kembali ke Jogja
dulu baru nanti diurus segala kekurangannya di Jogja. Ryan harus kembali lagi
ke Jakarta bahkan sampai 2 kali karena dokumen revisi pertama yang diberikan
ternyata kembali tidak sesuai L.
Akhirnya persetujuan Visa Schengen bisa dikeluarkan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda. Alhamdulillah, EROPA! Tiket pesawat harus segera diburu dengan uang seadanya. Saya kembali ke melatih anak-anak SMP saya menuju lomba tingkat Provinsi dan sambil mencari cara bagaimana mendapatkan tiket menuju Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar