27 Maret 2016

Sepekan Ini

Tumpukan asam laktat di dengkul-pergelangan kaki-dan sendi-sendi lainnya, seharian nungguin anak-anak ajaib main sama kakak-kakaknya yang jadi panitia. Pengumuman pemenang sudah dibacakan 16.30 tadi. Baju pun terganti kering selepas istirahat siang hujan lebat dan penundaan waktu main, cek lapangan sok-sokan keren hujan-hujan. Cleng, tak lupa kepala nyut-nyutan.

WA masih aktif dengan beberapa persen batere. Nanggepin personal chat dari temen curhat yg mau beli HP baru katanya, bales sambil males-malesan, pening. Notifikasi personal message baru masuk, maklum biasanya WA rame notifikasi grup. Angka hijau di samping namamu, seketika dophamin terinjeksi, sejenak asam laktat entah kemana. Sekedar chat biasa menanyakan acara di sekolah tadi. Ah tak apa lah, lumayan ada jalur komunikasi. Ya, dophamin asyik.

Sepekan ini kembali mampir ke perpus kota berburu buku Tere Liye lainnya tapi apa daya buku Fahd Pahdepie menggoda untuk diambil. Jodoh, judulnya itu, kisahnya dua sejoli yang merasa berjodoh tapi ternyata terpisahkan, maut. Kisahnya, ah terlalu ku sama-samakan dengan kisahku yang entah sampai dimana atau memang benar adanya?

List film menantikan untuk ditonton, film indonesia yang judulnya agak menarik, Aku-Kau dan KUA. Kisahnya kembali sok-sokan ku analogikan lagi. Ah sepekan ini mungkin memang kesempatan kembali bermain dengan masa lalu, baper.

Buku Fahd Pahdepie tadi judulnya Jodoh, hanya nampak tulisan "odoh" nya saja. Kadang pikiran kita membenarkan untuk huruf J di depan frasa "odoh" padahal masih ada kesempatan huruf B untuk menggantikan kata Jodoh menjadi Bodoh. Kadang sangat bodoh mengira di depan jodoh padahal bukan, nikmati saja prosesnya, jodoh akan ketemu kelak pada waktunya.

23 Maret 2016

After The Box : Wet Box

Wet Box? Kotak basah?
Enggak, ikut-ikutan istilah balapan yang pake istilah wet race aja sih, ga nemu buat lomba baris apaan bahasa inggrisnya, anggep aja box itu arenanya.

20 Maret 2016 kemarin anak-anak kembali beraksi. Pasukan Ijo jadi host untuk lomba dan Tonti Bhawara sebagai peserta. Kerja dobel, ndampingi panitia dan anak-anak ajaib.

Benar-benar ajaib kali ini karena agenda UTS yang tidak boleh jadi alasan, maka kemudian latian Tonti Bhawara hanya dilaksankaan hari Sabtu, 19 Maret saja, sehari. Belum menyamakan langkah, tempo dan yang penting belum ada yel-yel.

Hari perlombaan, pagi hari dibuka dengan hari yang cerah, anget, agak silau lah matahari. Lomba satu pos dengan yel-yel. Lomba kali ini diambil alih Pasukan Tonti Bhawara 54, setelah pekan lalu Pasukan Tonti Bhawara 55 melakukan debut lombanya dengan banyak pelajaran yang didapatkan. Di tengah isu panas Muslih Ghifari yang sudah bikin semangat membara membawa pulang tropi. Kesempatan membawa tropi di Lomba Baris-berbaris ini jauh lebih besar dan track recordnya memang bagus dua tahun terakhir.

Tiga pasukan yang dikirim terdiri dari satu pasukan putra, satu pasukan putri dan satu yang unik di lomba ini adalah satu pasukan campuran, tidak ada kategorisasi pleton putra-putri tapi semuanya dikompetisikan dalam satu arena hanya dengan jumlah 7 trio, 21 orang ditambah 1 komandan.

Juara 3 PPI DIY 2015 kemarin.
Lomba ini spesial, beda sekolah sih, cuma yang nglatih sama. Satu sisi ndampingi panitia si Pasdiptama, satu sisi ndampingi anak-anak ajaib si Tonti Bhawara. Tonti Bhawara punya track record yang bagus jadi masih selalu harus lanjut ngikut lomba ini, tahun lalu juara 2 dan 3 juga komandan yang nyaris dapet komandan terbaik, anak-anak ajaib nomer 3.

Persiapan di tengah UTS menyisakan satu hari saja untuk latihan setelah sepekan sebelumnya ilang-ilangan, apa boleh buat, hanya ada satu hari yang harus dimaksimalkan. 19 Maret 2016 lengkap sudah persiapan apa adanya.

Lomba yang tidak biasa ini menggunakan pos besar dengan hanya sepasukan ber21 dengan 1 komandan. Dua puluh sembilan materi dalam satu pos harus dijalankan dengan batas garis sebagai tembok, ya baru tahun ini aturan garis diganti dengan model tembok. Pasukan pertama, 54 putra maju dengan nomer dada 6 dengan persiapan yel-yel paling mantap dan plekenyik praktiknya kurang greget, tak apa enggak masuk nilai materi yang akan dijalankan. Materi mulus meski beberapa agak mengkhawatirkan. Pasukan selanjutnya, 54 putri masuk pos terakhir sebelum jeda istirahat makan siang. Setelah yel-yel lancar, ada 1 kesalahan, keluar garis, oke minus 100 poin, materi lancar meski kompaknya belum bener-bener pas. Usai jeda istirahat makan siang, mendung kemudian hujan, pasukan ketiga, 54 campuran siap masuk pos kedua setelah pasukan di depan selesai.

Hujan mulai agak deras dan lomba ditunda beberapa menit sampai agak reda. Kecuali pos materi SMA dan Variasi SMA yang tahu sendiri anak-anak SMA tetep lanjut, semangatnya ngeri. Genangan air menyambut di daerah persiapan sebelum akhirnya cuss lanjut masuk pos ketika hujan agak sedikit reda, masih gerimis. Lengkap sudah 3 pasukan maju tinggal menantikan hasilnya. Agak berat sebenarnya tahun ini, mengingat peserta SMP mencapai 32 peserta, dengan hanya 1 pos sudah dipastikan persaingan poin ketat, sangat ketat, penalti pun sebenarnya tidak dapat ditolerir karena pasti akan jatuh jauh di bawah.

Lomba ini spesial, lomba pertama pasukan tonti bhawara kemudian merasakan lomba di waktu hujan. Biasanya main pagi, sebelum istirahat makan siang sudah selesai. Hujan biasanya datang agak siang sampai sore. Belum pernah mendapati masuk pos kala hujan, baru kemarin. Tapi biasanya hujan pertanda baik, biasanya juara, biasanya, lebih sering tidak biasa sih. Latihan satu hari, tropi juara 3, pertama kalinya lomba di kala hujan, capaian 20 Maret lalu. Tak perlu kecewa, persiapan mepet, pasukan ilang-ilangan, mau apa lagi? #menujujuaraumum masih belum tercapai, belum pantas, nanti kalian sombong, masih harus lebih banyak belajar lagi. Kecewa? silakan, artinya kalian sadar perjuangan kalian sebelum lomba meskipun hanya satu hari.

Hujan, pos basah, juara 3, sekian.

15 Maret 2016

Pasukan Ijo

Pasukan Ijo resmi lahir di tahun 2009, pertama kali dipakai oleh angkatan 2011 tepat ketika saya baru saja lulus, efeknya tropi-tropi berdatangan. Pasukan Elit Tonti SMA 11, PASDIPTAMA.

SMA 11, ah mungkin hanya remah yang terpinggirkan di pertontian kota. 2006-2007 saya masih menikmati rasanya di peringkat buncit dengan seragam warisan milik sekolah, ga pernah ganti yang makin lama makin ilang kelengkapannya. Biru Laut usai digunakan sampai 2008 yang kemudian tiba-tiba tropi PPI Kota datang bersama si angkatan 2011. Hebat.

Kehebatannya lanjut kemudian beberapa tropi lagi dibawa pulang. Banyak. Lomba Baris Berbaris itu agak aneh, kapan nilai bagus ya tergantung kecocokan kita baris dengan cara juri memandang. Ah yang penting seru. Pasukan ini seru, asyik, saya dibesarkan di sini. Bahkan masih jadi sebuah keluarga besar.

PASDIPTAMA. Pasukan Ijo. Jarang juara namun selalu asyik untuk dibersamai. Agak kecewa sih kemarin 13 Maret ga ikut nemenin asyik-asyikan lomba di UII.

Sebuah keluarga besar yang terlatih untuk berada di bawah, ah kita juga sering di atas. Lomba Baris Berbaris Diyata yang besok 20 Maret kita buat beda. Kita tahu bagaimana caranya kesulitan mencari anggota pleton sampai 10 trio. PPI Kota terakhir pasukan putra ber 8 trio sampai ke peringkat 11, bayangkan saja kalau pasukannya penuh 10 trio, sudah dipastikan bakalan di bawah peringkat 11, hehe.

Ini keluarga saya, okelah status sebagai pelatih tapi kami pelatih yang selalu kembali ke PASDIPTAMA adalah keluarga yang care untuk adik-adiknya. Jangan pernah sampai terulang prestasi juru kunci yang pernah saya alami dulu. Alumni banyak, yang akhirnya kembali penuh ke pasukan ijo terbatas, banyak kesibukan. Mungkin hanya kita-kita yang selo, tak apa lah kami bantu sebisa kami.

Jangan ragukan cinta kami ke PASDIPTAMA, kami dibentuk di Pasukan Ijo ini, tak mungkin kami tega kemudian lari tanpa peduli dari pasukan ini. Mau membandingkan dengan Teladan? Smada? Padmanaba? Mache? boleh, tapi kami mungkin agak jauh di bawah mereka. Jangan biarkan hanya kami saja yang kemudian berhasil membawa PASDIPTAMA sukses, kembalilah ke sekolah membersamai adik-adik kalian mas-mbak, saya yakin cinta kalian pun sama besarnya dengan kami. Belum bisa ke PASDIPTAMA? tak apa lah, doakan kami makin keren.

Terlalu asyik untuk ditinggal, kebersamaannya menyenangkan. Ah cinta saya.





14 Maret 2016

After The Box

Catatan kali ini tentang hal-hal yang terjadi setelah keluar dari kotak. Kotak? Ya kotak, kotak pos lomba baris berbaris. Usai show up skill baris berbaris, keluarlah dari kotakan pos yang dibuat sebagai batas beraksi. selalu kotak.

13 Maret 2016, Lomba Baris Berbaris Prayata ketiga untuk SMP 8 Yogyakarta. Spesialnya adalah si kakak 51 jadi panitia, kakak 52 beberapa bantuin adik-adik 55 beraksi sekedar menemani, adik 53 esok pagi TPM kirim doa via Line, adik 54 esok pagi UTS namun beberapa datang sekedar mampir, si bongsor 55 resmi beraksi di lomba pertama dengan pasukannya sendiri. 2 tahun silam di event ini kakak 52 membuka jalan rangkaian tropi tonti di SMP 8 Yogyakarta, tahun lalu si adik 53 harus kecewa karena kalah poin upacara saja. PASDIPTAMA berjuang di UII, lombanya barengan dengan LBB Prayata.

Belum bertropi kali ini. PASDIPTAMA belum bisa menembus papan atas di LBB UII, berbeda peruntungan dengan partner pasukan putra di PPI Kota tahun lalu yang sukses masuk posisi 11 dengan hanya 8 trio saja dalam pos. Pasukan putri kali ini beraksi dengan 9 trio saja, persiapan di tengah-tengah liburan Ujian Sekolah kakaknya kelas 12 dan keruwetan jelang LBB nya sendiri 20 Maret 2016 mendatang.

Begitu pun dengan Tonti Bhawara, masih belum berhasil masuk 1/3 atas peringkat peserta. Seperti biasa targetnya hanya 1/3 atas peserta. Banyak pemakluman, banyak koreksi bahkan untuk kami, pelatih. 3 Komandan demam panggung, persiapan yang sudah dijalani kemudian lepas fokus, grogi, tegang, jadi satu. Pemakluman lomba pertama?

Apa yang terjadi setelah keluar pos? Menantikan pengumuman, selalu saja menemukan sisa-sisa kekecewaan atas apa yang sudah diusahakan. PPI Kota 2012, lomba baris berbaris pertama saya bersama dengan Tonti Bhawara, sang kakak 51. Usai pengumuman banyak air mata jatuh, yah effort selama persiapan tiba-tiba harus pupus setelah hasilnya keluar. Lomba baris bukan seperti lomba mata pelajaran yang ada standar pasti jawaban yang diinginkan. Oke ada patokan penilaian tapi semuanya kembali ke pandangan mata sang juri. PPI Kota 2015 tahun lalu, adik 53 yang habis-habisan usaha mengumpulkan kawan-kawannya untuk kembali tampil sebagai persembahan lomba terakhir ternyata harus gagal. Adiknya 54 berhasil meraih tropi, 53 dengan usahanya mengumpulkan pasukan ditengah intimidasi 'sudah kelas 9', 'persiapan UN', 'fokus belajar', 'LES' dan lain sebagainya. Dua komandan putri 53 saya jelas terlihat bagaimana kecewa beratnya dengan hasil terakhir yang seharusnya menjadi perpisahan yang manis layaknya kakaknya 52 tahun sebelumnya yang berhasil lolos ke Provinsi sebagai runner up PPI Kota 2014.

55 baru saja menyelesaikan lomba pertamanya dengan hasil yang masih belum memuaskan. Layaknya 51 pertama dan terakhir partisipasi lomba baris dengan hasilnya yang pas-pasan. Kecewa pasti karena dulu hanya ada satu kesempatan lomba, itupun khusus kelas 8, kelas 9 boleh dikata cukup berani untuk mengulang lombanya.

'maaf ya mas, maaf masih belum bisa menangin, maaf' komandan PASDIPTAMA live report hasil lomba di UII. Belum berhasil, hampir seperti biasa. Orang lain kadang hanya melihat hasilnya, entah apapun prosesnya hanya sedikit yang mengikuti. Buat saya kemarin mereka sudah bekerja keras, bermain semanis mungkin sebisa mereka. Para komandan yang saya yakin mereka berusaha keras untuk tidak membuat kesalahan. Komandan yang harus memimpin pasukannya menuju akhir pos. Juara itu selalu dicari tapi proses menuju juara selalu menjadi seni tersendiri.

Hasil kadang sering menyesakkan tapi selalu kita dapatkan evaluasi untuk diri kita sendiri agar jauh makin lebih hebat dari apa yang kita dapatkan hari ini, mungkin hasil yang mengecewakan bisa jadi menjadi tolakan kita menuju sesuatu yang lebih besar. Kadang kita perlu sesekali terjatuh untuk harus belajar berdiri kembali dan berlari, bukan berlari tanpa rintangan.Y
akinlah nak pelatihmu juga ga tega liat anak-anaknya nangis atau paling tidak kecewa dengan hasil akhir. Apa boleh dikata, pleton dengan permainan paling cantik yang berhak juara. Usaha kalian jarang terlihat tapi saya tahu bagaimana kalian berproses. Masih banyak yang perlu diperbaiki, termasuk kami para pelatih yang kadang memang hanya bersuara saja.

Jangan pernah menangis sebelum bawa tropi, itu dulu pesan saya kepada anak-anak Bhawara 51.