22 Februari 2016

Coach

"wah mas mukti kece"
"bukan orangnya tapi tulisannya"

Huuueeeee si anak ajaib nomer empat screenshot chat via Line tembennya yang ada di SMP sebelah. Entah dapet darimana sumbernya, tulisanku nyebar. Surat cinta itu, buat anak ajaib nomer dua dan review prestasi buat burning anak ajaib nomer tiga. Fix kerja sebagai pelatih tonti anak-anak ajaib ini semenjak 2012. Prestasi pun baru datang di 2014, susah bawa anak-anak ajaib yang meledak-ledak.

Anak-anak ajaib? ya aku lebih seneng nyebut mereka dengan julukan itu, nomer satu-dua-tiga-empat-lima dan tengah tahun ini siap datang nomer enam. Ngajari baris untuk anak SMP bukan perkara mudah, beda dengan anak SMA yang tinggal sentak jadi. Semangatnya ilang-ilangan, mau latihan serius susah, dibentak pun malah ketawa-ketawa. Bukan ga bisa tegas, harus dengan pembawaan yang beda.

Serame apapun ketika latihan, seribut apapun itu, pas lomba udah deh kayak "orong-orong kepidak", diem, anteng, tegang mungkin. Pelatihnya yang bingung, anak-anak ajaib ku mah santai-slow-rame-jarang lengkap. Karena makin lama mereka terbang makin tinggi. Prestasi siap menanti di depan. Kata kakak mereka, SMP nya udah diperhitungkan di persaingan pertontian SMP Kota Yogyakarta. Alhamdulillah, kerja keras berbuah manis. Susahnya adalah menjaga tempo, mirip dengan latihan jalan di tempat, jaga tempo paling susah, jaga ritme prestasi pun sama, SUSAH.

Ku pikir pun tidak cukup hanya teriakan dan baris saja. Perlu ada sentuhan sedikit untuk semangat, dimotivasi oral agak susah, paling cuma beberapa aja yang nangkep, sisanya blong. Bahasanya ketinggian mungkin. Beberapa memang harus dituliskan, beberapa checkpoint prestasi atau kegagalan. Prestasi untuk menunjukkan betapa kuatnya mereka dan kegagalan untuk mengingatkan bahwa kita juga sering jatuh, terlalu sering.

Ga usah banyak-banyak, lain waktu, segera surat cinta untuk anak-anak ajaib nomer tiga yang mau lanjut ke SMA, goodluck guys.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar