Catatan kali ini tentang hal-hal yang terjadi setelah keluar dari kotak. Kotak? Ya kotak, kotak pos lomba baris berbaris. Usai show up skill baris berbaris, keluarlah dari kotakan pos yang dibuat sebagai batas beraksi. selalu kotak.
13 Maret 2016, Lomba Baris Berbaris Prayata ketiga untuk SMP 8 Yogyakarta. Spesialnya adalah si kakak 51 jadi panitia, kakak 52 beberapa bantuin adik-adik 55 beraksi sekedar menemani, adik 53 esok pagi TPM kirim doa via Line, adik 54 esok pagi UTS namun beberapa datang sekedar mampir, si bongsor 55 resmi beraksi di lomba pertama dengan pasukannya sendiri. 2 tahun silam di event ini kakak 52 membuka jalan rangkaian tropi tonti di SMP 8 Yogyakarta, tahun lalu si adik 53 harus kecewa karena kalah poin upacara saja. PASDIPTAMA berjuang di UII, lombanya barengan dengan LBB Prayata.
Belum bertropi kali ini. PASDIPTAMA belum bisa menembus papan atas di LBB UII, berbeda peruntungan dengan partner pasukan putra di PPI Kota tahun lalu yang sukses masuk posisi 11 dengan hanya 8 trio saja dalam pos. Pasukan putri kali ini beraksi dengan 9 trio saja, persiapan di tengah-tengah liburan Ujian Sekolah kakaknya kelas 12 dan keruwetan jelang LBB nya sendiri 20 Maret 2016 mendatang.
Begitu pun dengan Tonti Bhawara, masih belum berhasil masuk 1/3 atas peringkat peserta. Seperti biasa targetnya hanya 1/3 atas peserta. Banyak pemakluman, banyak koreksi bahkan untuk kami, pelatih. 3 Komandan demam panggung, persiapan yang sudah dijalani kemudian lepas fokus, grogi, tegang, jadi satu. Pemakluman lomba pertama?
Apa yang terjadi setelah keluar pos? Menantikan pengumuman, selalu saja menemukan sisa-sisa kekecewaan atas apa yang sudah diusahakan. PPI Kota 2012, lomba baris berbaris pertama saya bersama dengan Tonti Bhawara, sang kakak 51. Usai pengumuman banyak air mata jatuh, yah effort selama persiapan tiba-tiba harus pupus setelah hasilnya keluar. Lomba baris bukan seperti lomba mata pelajaran yang ada standar pasti jawaban yang diinginkan. Oke ada patokan penilaian tapi semuanya kembali ke pandangan mata sang juri. PPI Kota 2015 tahun lalu, adik 53 yang habis-habisan usaha mengumpulkan kawan-kawannya untuk kembali tampil sebagai persembahan lomba terakhir ternyata harus gagal. Adiknya 54 berhasil meraih tropi, 53 dengan usahanya mengumpulkan pasukan ditengah intimidasi 'sudah kelas 9', 'persiapan UN', 'fokus belajar', 'LES' dan lain sebagainya. Dua komandan putri 53 saya jelas terlihat bagaimana kecewa beratnya dengan hasil terakhir yang seharusnya menjadi perpisahan yang manis layaknya kakaknya 52 tahun sebelumnya yang berhasil lolos ke Provinsi sebagai runner up PPI Kota 2014.
55 baru saja menyelesaikan lomba pertamanya dengan hasil yang masih belum memuaskan. Layaknya 51 pertama dan terakhir partisipasi lomba baris dengan hasilnya yang pas-pasan. Kecewa pasti karena dulu hanya ada satu kesempatan lomba, itupun khusus kelas 8, kelas 9 boleh dikata cukup berani untuk mengulang lombanya.
'maaf ya mas, maaf masih belum bisa menangin, maaf' komandan PASDIPTAMA live report hasil lomba di UII. Belum berhasil, hampir seperti biasa. Orang lain kadang hanya melihat hasilnya, entah apapun prosesnya hanya sedikit yang mengikuti. Buat saya kemarin mereka sudah bekerja keras, bermain semanis mungkin sebisa mereka. Para komandan yang saya yakin mereka berusaha keras untuk tidak membuat kesalahan. Komandan yang harus memimpin pasukannya menuju akhir pos. Juara itu selalu dicari tapi proses menuju juara selalu menjadi seni tersendiri.
Hasil kadang sering menyesakkan tapi selalu kita dapatkan evaluasi untuk diri kita sendiri agar jauh makin lebih hebat dari apa yang kita dapatkan hari ini, mungkin hasil yang mengecewakan bisa jadi menjadi tolakan kita menuju sesuatu yang lebih besar. Kadang kita perlu sesekali terjatuh untuk harus belajar berdiri kembali dan berlari, bukan berlari tanpa rintangan.Y
akinlah nak pelatihmu juga ga tega liat anak-anaknya nangis atau paling tidak kecewa dengan hasil akhir. Apa boleh dikata, pleton dengan permainan paling cantik yang berhak juara. Usaha kalian jarang terlihat tapi saya tahu bagaimana kalian berproses. Masih banyak yang perlu diperbaiki, termasuk kami para pelatih yang kadang memang hanya bersuara saja.
Jangan pernah menangis sebelum bawa tropi, itu dulu pesan saya kepada anak-anak Bhawara 51.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar