3 Oktober 2013

Koruptor vs Tukang Sampah

Sensus penduduk Indonesia terakhir tercatat 230 juta manusia tersebar di Indonesia. Entah berapa yang petani, berapa yang pejabat, berapa yang maling, berapa yang pemulung, yang pasti ada 33 Gubernur, 1 Presiden dan 1 Wakil Presiden.
Banyak manusia sama saja dengan banyak sampah. Itung aja dalam sehari tiap orang produksi 250 gram sampah lah, berarti tiap hari Indonesia nyumbang 575.000.000 kg sampah. Setengah dari jumlah impor beras indonesia yang jumlahnya 1 juta TON beras. Tapi belum tentu semua orang produksi sampah juga sih, itu itungan "bodon" aja. Mungkin lebih, sampah industri belum diitung juga lo.
Masih ada satu lagi tren yang berkembang di Indonesia, koruptor yang minta ampun ga pernah punya kapok meski udah banyak yang diproses. Atau kalau enggak mereka punya panutan koruptor senior yang dengan mudahnya nyuap hakim untuk menentukan putusan. Kasus terakhir pagi ini Ketua MK ketangkap tangan sedang menerima suap, nah lo!
Intinya dari 230 juta manusia di Indonesia ada koruptor juga di dalemnya meskipun kita percaya orang-orang baik juga masih ada banyak di Indonesia yang ga pernah kena ekspos jadi ga pernah keliatan.
Sekarang kita bayangkan ada dua pilihan profesi di Indonesia, bekerja dengan posisi "super basah" yang banyak peluang untuk ngambil uang yang bukan haknya atau bekerja dengan lokasi yang benar-benar basah yang diatasya tumpukan sampah yang harus dipilih mana yang bisa dijual. Susah bayanginnya? Gini aja, anggep aja pekerjaan pertama itu seperti Ketua MK yang ketangkep tangan menerima suap dan yang satunya adalah seorang pemulung.

Pak Akil Mochtar yang rame dibincangkan pagi tadi di TV

you know who i mean

Pemulung, suka bau busuk karena udah resiko pekerjaan. Korupsi itu resiko pekerjaan karena terbukanya peluang untuk mencomot sedikit uang yang bukan haknya yang ada di dekatnya. Nah orangnya (koruptor) yang busuk, uang yang dikorupsi mah pasti maksudnya baik. Suap ama korupsi kita anggap sama aja yak.
Pemulung, tukang pulung, orang yang mengambil yang sudah terbuang. Kadang godaan ada untuk mengambil yang tidak dibuang, tapi selebihnya kebanyakan rejeki yang diambil dari pembuangan sampah. Jarang kita berterima kasih pada pemulung yang selalu membantu petugas kebersihan untuk membersihkan lingkungan. Pemulung agak negatif sih konotasinya, lebih keren petugas kebersihan. Sampah, kita buang, kita lupakan, tapi tahukah bahwa tanpa sampah pemulung tidak bisa menyambung hidupnya. Pekerjaannya mungkin bergelut dengan banyak hal kotor, bau dan sebagainya, tapi mental mereka mungkin lebih hebat dibanding hakim yang disuap, orang yang menyuap agar proyeknya lolos, gampangnya kita sebut mereka KORUPTOR.

*terinspirasi kembali karena berita tadi pagi yang mencengangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar