10 Juni 2016

sampai jumpa 53

Surat cinta (lagi)

Entah seneng aja nulis surat cinta buat anak-anak. Bukan pesan terakhir jelang anak-anak ajaib lulus, tapi surat cinta, biar ada romantis-romantisnya gitu. Ya emang saya sayang mereka semua, kali ini untuk anak-anak ajaib nomer tiga. Tonti Bhawara 53, pasukan tonti ketiga yang saya pegang di SMP 8 Yogyakarta. Pasukan tonti kedua yang saya dan tim pegang penuh dari kelas 7 sampai kelas 9.

Anak-anak ajaib adalah sebutan spesial saya untuk anak-anak tonti smp 8, kenapa harus pake kata ajaib? Karena mereka ajaib, udah itu aja, pengen tahu ajaibnya apa silakan coba sendiri nglatih mereka kalau kuat.

Kembali harus melepas pasukan terbaik yang dimiliki SMP 8 Yogyakarta, seperti kurang afdol jika saya tidak melepaskan mereka terbang bebas untuk lanjut jadi anak-anak keren di sekolah-sekolah mereka selanjutnya. Maaf surat cinta ini hanya untuk anak-anak tonti bhawara khusus yang lulus saja. Lima tropi mereka bawa ke sekolah, banyak kata nyaris yang mereka dapatkan selama perjalanan baris-berbaris di ranah per-tonti-an kota yogyakarta. Nyaris juara 3, nyaris juara komandan, nyaris juara umum. Banyak kata andai yang kemudian terucap, andai di pos ini lebih fokus, andai di pos ini ga ada gerakan tambahan, andai di pos itu ga penalti, banyak.

Dari pasukan ini kemudian kita sama-sama belajar bagaimana menerima keadaan yang kita perjuangkan. Kadang kita sangat kecewa dengan satu kesalahan kecil yang akhirnya membuat hasilnya berantakan. Berulang kali harus menjinakkan pasukan ini untuk sabar dan legowo menerima hasil. Saya masih sangat ingat di persembahan semangat mereka di lomba PPI Kota terakhir mereka, duo komandan putri arra-ilma yang sangat kecewa, yah tiga kali mereka mencoba peruntungan di PPI Kota tanpa hasil yang memuaskan. Percobaan pertama pasukan dengan 12 orang cadangan tanpa pengalaman sebelumnya sekedar diberi kesempatan untuk mencoba atmosfer lomba baris. Percobaan kedua saya tidak bisa menemani, walau kakak-kakaknya 52 putri berhasil meraih tropi PPI Kota untuk pertama kalinya untuk SMP 8. Percobaan terakhir penuh emosi, masih gagal. Tak apa nduk, pelatihmu bangga, bangga banget.

Pasukan tonti bhawara 53 dipilih ketika 51 masih kelas 9 bantu-bantu nyeleksi dan 52 sebagai panitia yang milih anggota tonti. Pemilihan untuk pertama kalinya dengan format 1 pasukan putra dan 1 pasukan putri dengan jumlah yang sulit diterima dengan itungan anggota untuk lomba, 40 lebih per pasukan. Bayangpun jatah cadangan di lomba PPI Kota hanya 5 slot ini ber12 anak bisa masuk semua sebagai cadangan. Pasukan putra ilang-ilangan, wajar. Bahkan sampai lomba berikutnya sulit nyari 30 lengkap dengan 1 komandan putra.

Saya masih ingat di awal tahun 2014 ketika tropi-tropi mulai berdatangan, 53 yang masih kelas 7 bisa dapet tropi juara 3 di kesempatan kedua ikut lomba. Lomba unik di per-tonti-an Kota Yogyakarta, lomba dengan format pasukan boleh campur dan hanya 7 trio dengan 1 komandan, 1 pos saja. Percobaan pertama cukup di tropi juara 3 dengan pleton campuran. Percobaan berikutnya tropi lagi di lomba yang sama, juara 2 dan 3 dengan pleton putri dan putra yang berkesempatan angkat tropi, gantian kali ya? Lomba berikutnya yang bertropi bahkan bisa kembaran juara 2 putra-putri, nyaris juara komandan dan juara umum, yah belum rejeki saja. Sisanya di lomba yang lain bernyaris-nyaris ria tadi. Bahkan pernah kalah poin upacara saja, yah belum rejeki saja, bukan jalannya tropi.

Kalian hebat, keren, 5 tropi kalian persembahkan untuk bisa lanjut pamer prestasi di depan upacara bendera hari senin. Susah bisa cari tropi sebanyak itu untuk satu angkatan.

Yah walau harus diakui ini pasukan paling banyak ilang anggotanya. Setidaknya kalian bisa menunjukkan kualitas, oh iya tropi kembar tadi pasukan putra cuma 2/3 pasukan saja yang ikut, sisanya digenepi 54. Yah kalian keren, sebenarnya sulit melepas lagi pasukan dengan prestasi yang luar biasa, tapi sudah waktunya kalian meninggalkan SMP 8 untuk melanjutkan bakat kalian di SMA kelak.

Berapapun nilai UN kalian, angka berapapun, terimalah, ikhlas, seikhlas kalian menerima hasil nyaris-nyaris yang pernah kalian dapatkan dulu di lomba baris. Pelatihmu dulu juga cuma anak gagal, gagal dapet nilai yang cukup untuk masuk Teladan. Cuma cukup buat masuk SMA 11, bahkan setiap pagi harus menerima kenyataan selalu berangkat lewat plakat SMA 1, tetap jadi sekolah idaman sampai sekarang nduk-le. Terserah dimanapun kalian kelak sekolah dengan hasil UN kalian, yang pasti pelatihmu ga mau kalian cuma jadi anak biasa-biasa aja, ga boleh! Jadi anak keren di SMA, ga harus SMA 1 atau 3 atau TN, mana aja lah, kalian harus keren. Mau ikut tonti lagi silakan, tidak pun tidak pernah jadi masalah, yang jadi masalah adalah jika kalian cuma jadi bawang kotong di SMA kelak. Cari celah untuk jadi anak keren, ekstrakulikuler banyak, OSIS-MPK-ROHIS-ROKHAT atau apa lah terserah, kalian ga boleh biasa-biasa aja. Mosok anak tonti bhawara cuma jadi followers di SMA kelak, jadi leader lah, beraksilah.

Seberapun nilai kalian terimalah dengan lapang dada, ga usah iri dengan nilai kawan-kawan kalian lainnya, yakin aja itu hasil kalian mengerjakan sendiri, usaha sendiri,d isyukuri. Kelak di SMA manapun disyukuri, misal di SMA 11 ga usah minder sama temen yang di Teladan atau Padma atau TN. Yakinlah bahwa mungkin ada temen kalian yang menginginkan posisi kalian sementara kalian iri dengan teman kalian lainnya.

Nduk-le goodluck di sekolah baru kalian kelak, jadi anak keren, jangan cuma biasa-biasa aja. Ga usah malu sekolah dimana aja, besok tolong kabarkan di grup line, “mas mukti-mas adit aku sekolah di SMA ini”, yakin bangga. Kalau kalian pikir SMA kalian kelak biasa-biasa aja berarti tugas kalian bikin sekolah kalian keren. Cari caranya sendiri.

Selamat berjuang cari SMA dengan nilai UN kalian. Ga usah terburu-buru daftar, incer sana-sini dulu biar dapet sekolah yang asyik. SMA beda dengan SMP, rasakan sendiri aja kelak lika-likunya.

Terima kasih 5 tropinya, terima kasih pelajarannya untuk adik-adikmu. Kami ikhlas melepas kalian menuju sekolah impian kalian. Kami masih menantikan kalian bisa kembali ke Tonti Bhawara. Berjuanglah sekeras dan sekeren mungkin di SMA kalian kelak. Maaf masih gagal di perjuangan kalian bawa pulang tropi PPI Kota. Tiap angkatan spesial di hati kami, 53 ya 53 ga perlu dibandingkan dengan 51 atau 52 atau yang lain. Kalian spesial.


Last speech dari pelatihmu yang super cerewet kebanyakan kata di grup, goodluck guys. Pengen deh meluk kalian semua sekaligus, tolong keluarga besar ini jangan pernah ilang. Kelak kalian mungkin perlu me-recall beberapa kenangan hasil usaha ketika di tonti bhawara dulu. Terima kasih prestasinya, pelatihmu bangga.

21 April 2016

Belanda (7. The Seminar)

Setelah secara epic kita berjodoh untuk ketemu di Stasiun Ede-Wageningen, pas keluar stasiun pas Eka-Ryan baru sampe stasiun, sinetron banget, ga jadi lah ilang di negeri orang. Oke lanjut cari bis nomer 88 di samping stasiun. Belanda udah pake sistem e-money yang bisa dipake dimana aja, stasiun buat naik kereta, naik bis, ga kayak di Indonesia, e-money nya Mandiri harus diisi ulang di ATM Mandiri, punya tapcash nya BNI aja counternya udah ga ada yang bisa make. Noh dua Bank plat merah aja ga bisa kompakan, ah andai e-KTP bisa dipake.

Bayar tiket transportasi umum di Belanda selalu kena tuslah (istilah ini diserap ke bahasa indonesia lo, termasuk gratis itu juga bahasa belanda yang artinya cuma-cuma), Kena pajak cetak tiket sebesar 1 euro, 15 ribu rupiah, 2 mangkok soto di Indonesia. Tiket dari Ede ke Wageningen via bis 88 harganya sih 1,5 euro tapi ternyata harus bayar dobel, jadi 3 euro sampe Wageningen. Bisnya asyik, warna biru interior luas, mau glesotan juga bisa lah. Jalanan sepi, beneran mau ngebut juga bisa, isinya emang ngebut semua sih sebenernya. Satu spot yang masih nyantol adalah satu bunderan dan dipojokan ada bioskop, mendekat ke WU.

Sebuah hamparan padang rumput, sebut saja halaman rumput terbentang luas dengan beberapa gedung bediri tersebar. Wageningen University, disambut dengan semacam tugu lah, cuman kecil bentuk huruf W. Udah nonton Negeri Van Oranje kan? nah kampusnya Wicak ini, ijo. Sehampar lapangan (sudut pandang orang ndeso, hamparan rumput luas = lapangan) rumput ijo luas dengan beberapa gedung tersebar, ga semrawut mepet-mepet, luas.


Sedikit gambaran lapangan luas dengan gedung-gedung asyiknya. Nah seminarnya di gedung Forum, gedung coklat yang dibelakang. Entah serba kebetuln di negeri orang, pas sampe di Gedung Forum, pas panitia ada yang keluar. FYI masuk gedung ga bisa sembarangan, harus pake ID Card, yang ga punya ID Card harus pencet bel biar dibukain sama yang punya IC Card. Sebenernya sih agak telat, ya mau gimana lagi karena harus tersesat di belantara Lunteren. Dibawa lah kita sama panitia yg ternyata ketua acaranya, ini gedung udah kayak mall, pake eskalator, asik bener. Kiri-kanan sepi sih tapi ga kayak kampus-kampus di Indonesia, adhem pula, ya iya lah awal-awal winter.

Sampai di ruangan seminar harus registrasi. Entah gimana ceritanya paper ku bahkan ga masuk list presentasi, bayangpun harus sia-sia uang tiket PP Jakarta-Amsterdam udah jauh-jauh ke Belanda ga ngapa-ngapain. Registrasi ulang aman ternyata ada sedikit miss di panitianya. Yes nyeminar pake bahasa inggris, tes kemampuan bahasa inggris modal ngobrol sama bribikan, eh. Maklum lah telat masuk ketinggalan key note speech dari rektor atau dekan dr IPB lupa.

Lainnya sih simpel pake batik, aku ribet sendiri pake jas, tapi mayan lah necis dikit, haha. Jas nya bapak sih, jas bersama, dipake gantian. Seruangan sih isinya anak indonesia semua, ketemu lagi duo anak peternakan ugm sama satu anak its yang belakangan ternyata papernya amazing, ngurusi teknologi buat tambak udang, jadi serasa remukan peyek mlempem aja presentasi burung hantu ku. Respons petani terhadap teknologi pengendalian hama tikus dengan burung hantu, penelitian skripsi sih, lumayan bs diseminarin.

Bahasa inggris seadanya, enggak juga sih, lumayan pede. Karena jadi presenter terakhir, pertanyaan pun aman terjawab tanpa banyak debat, udah sore. FYI, jam 17.00 saat itu udah malem, maghrib gitu lah, sunset. Banyak hal dari seminar yang didapet, penelitian kita mahasiswa indonesia sebenernya keren-keren cuma ga tau caranya aja bisa sampe ke sasaran. Buat apa punya hasil riset yang keren tapi ga tersampaikan, nginep aja di perpus buat alesan ndeketin pustakawannya yang punya anak cakep? Ah. Berbagi ilmu dari temen-temen lain, sumpah penelitiannya keren-keren. Oh iya lupa, bagian lunch, makan siang soto ayam dengan rasa yang 11-12 sama kuah indomie soto spesial, tauge yang gedhe tebel tapi crunchy, dan paha ayam super gedhe tapi lembut banget. Ayam luar negeri gitu kali ya, tambah jus buah kotakan, ntaps lah makan siang pake mangkok styrofoam yang miyur-miyur.

Selesai seminar yang kemudian bikin bingung adalah mau kemana buat nginep. Rencana mau ngehotel bareng sama anak ITS, tapi setelah diskusi sama panitia akhirnya dikasih nginep deh di asrama, flat nya panitia, disebar brutal. Lumayan nginep gratisan sampe jadwal pulang. Bayangpun 270 euro harus kita bertiga ikhlaskan untuk nginep semalem, itu pun kita masih utang sekitat 110 euro, gimana ya nasib nya kurangan uangnya, haha tak apa lah kita juga cuma nginep semalem aja kok, 270 euro udah banyak itu. Finally kita jalan kaki ke flat mahasiswa di belakang kampus WUR. Bornsesteeg namanya, flat 20 lantai dengan 30 kamar tiap lantai. Model liftnya pun lucu, ga semua lift menuju lantai yang diinginkan, ada 3 lift dengan pilihan lantai yang beda-beda. Aku nginep di flat nya kevin, lulusan itb, lantai 10. Eka di flat mbak yani, Ryan di flat mas siapa lupa. Dan malam itu kami diajak ke supermarket serba ada sebrang jalan, lumayan harus jalan 500an meter lah, jajan buat makan malem penyambutan di Belanda. FYI di Belanda kalo belanja ga dikasih kresek, harus bawa wadah sendiri.

lanjut ke kisah berikutnya muterin kampus sepedeaan, amsterdam, uthrecht dan jamuan di flat mbak sukmo.

23 Maret 2016

After The Box : Wet Box

Wet Box? Kotak basah?
Enggak, ikut-ikutan istilah balapan yang pake istilah wet race aja sih, ga nemu buat lomba baris apaan bahasa inggrisnya, anggep aja box itu arenanya.

20 Maret 2016 kemarin anak-anak kembali beraksi. Pasukan Ijo jadi host untuk lomba dan Tonti Bhawara sebagai peserta. Kerja dobel, ndampingi panitia dan anak-anak ajaib.

Benar-benar ajaib kali ini karena agenda UTS yang tidak boleh jadi alasan, maka kemudian latian Tonti Bhawara hanya dilaksankaan hari Sabtu, 19 Maret saja, sehari. Belum menyamakan langkah, tempo dan yang penting belum ada yel-yel.

Hari perlombaan, pagi hari dibuka dengan hari yang cerah, anget, agak silau lah matahari. Lomba satu pos dengan yel-yel. Lomba kali ini diambil alih Pasukan Tonti Bhawara 54, setelah pekan lalu Pasukan Tonti Bhawara 55 melakukan debut lombanya dengan banyak pelajaran yang didapatkan. Di tengah isu panas Muslih Ghifari yang sudah bikin semangat membara membawa pulang tropi. Kesempatan membawa tropi di Lomba Baris-berbaris ini jauh lebih besar dan track recordnya memang bagus dua tahun terakhir.

Tiga pasukan yang dikirim terdiri dari satu pasukan putra, satu pasukan putri dan satu yang unik di lomba ini adalah satu pasukan campuran, tidak ada kategorisasi pleton putra-putri tapi semuanya dikompetisikan dalam satu arena hanya dengan jumlah 7 trio, 21 orang ditambah 1 komandan.

Juara 3 PPI DIY 2015 kemarin.
Lomba ini spesial, beda sekolah sih, cuma yang nglatih sama. Satu sisi ndampingi panitia si Pasdiptama, satu sisi ndampingi anak-anak ajaib si Tonti Bhawara. Tonti Bhawara punya track record yang bagus jadi masih selalu harus lanjut ngikut lomba ini, tahun lalu juara 2 dan 3 juga komandan yang nyaris dapet komandan terbaik, anak-anak ajaib nomer 3.

Persiapan di tengah UTS menyisakan satu hari saja untuk latihan setelah sepekan sebelumnya ilang-ilangan, apa boleh buat, hanya ada satu hari yang harus dimaksimalkan. 19 Maret 2016 lengkap sudah persiapan apa adanya.

Lomba yang tidak biasa ini menggunakan pos besar dengan hanya sepasukan ber21 dengan 1 komandan. Dua puluh sembilan materi dalam satu pos harus dijalankan dengan batas garis sebagai tembok, ya baru tahun ini aturan garis diganti dengan model tembok. Pasukan pertama, 54 putra maju dengan nomer dada 6 dengan persiapan yel-yel paling mantap dan plekenyik praktiknya kurang greget, tak apa enggak masuk nilai materi yang akan dijalankan. Materi mulus meski beberapa agak mengkhawatirkan. Pasukan selanjutnya, 54 putri masuk pos terakhir sebelum jeda istirahat makan siang. Setelah yel-yel lancar, ada 1 kesalahan, keluar garis, oke minus 100 poin, materi lancar meski kompaknya belum bener-bener pas. Usai jeda istirahat makan siang, mendung kemudian hujan, pasukan ketiga, 54 campuran siap masuk pos kedua setelah pasukan di depan selesai.

Hujan mulai agak deras dan lomba ditunda beberapa menit sampai agak reda. Kecuali pos materi SMA dan Variasi SMA yang tahu sendiri anak-anak SMA tetep lanjut, semangatnya ngeri. Genangan air menyambut di daerah persiapan sebelum akhirnya cuss lanjut masuk pos ketika hujan agak sedikit reda, masih gerimis. Lengkap sudah 3 pasukan maju tinggal menantikan hasilnya. Agak berat sebenarnya tahun ini, mengingat peserta SMP mencapai 32 peserta, dengan hanya 1 pos sudah dipastikan persaingan poin ketat, sangat ketat, penalti pun sebenarnya tidak dapat ditolerir karena pasti akan jatuh jauh di bawah.

Lomba ini spesial, lomba pertama pasukan tonti bhawara kemudian merasakan lomba di waktu hujan. Biasanya main pagi, sebelum istirahat makan siang sudah selesai. Hujan biasanya datang agak siang sampai sore. Belum pernah mendapati masuk pos kala hujan, baru kemarin. Tapi biasanya hujan pertanda baik, biasanya juara, biasanya, lebih sering tidak biasa sih. Latihan satu hari, tropi juara 3, pertama kalinya lomba di kala hujan, capaian 20 Maret lalu. Tak perlu kecewa, persiapan mepet, pasukan ilang-ilangan, mau apa lagi? #menujujuaraumum masih belum tercapai, belum pantas, nanti kalian sombong, masih harus lebih banyak belajar lagi. Kecewa? silakan, artinya kalian sadar perjuangan kalian sebelum lomba meskipun hanya satu hari.

Hujan, pos basah, juara 3, sekian.

15 Maret 2016

Pasukan Ijo

Pasukan Ijo resmi lahir di tahun 2009, pertama kali dipakai oleh angkatan 2011 tepat ketika saya baru saja lulus, efeknya tropi-tropi berdatangan. Pasukan Elit Tonti SMA 11, PASDIPTAMA.

SMA 11, ah mungkin hanya remah yang terpinggirkan di pertontian kota. 2006-2007 saya masih menikmati rasanya di peringkat buncit dengan seragam warisan milik sekolah, ga pernah ganti yang makin lama makin ilang kelengkapannya. Biru Laut usai digunakan sampai 2008 yang kemudian tiba-tiba tropi PPI Kota datang bersama si angkatan 2011. Hebat.

Kehebatannya lanjut kemudian beberapa tropi lagi dibawa pulang. Banyak. Lomba Baris Berbaris itu agak aneh, kapan nilai bagus ya tergantung kecocokan kita baris dengan cara juri memandang. Ah yang penting seru. Pasukan ini seru, asyik, saya dibesarkan di sini. Bahkan masih jadi sebuah keluarga besar.

PASDIPTAMA. Pasukan Ijo. Jarang juara namun selalu asyik untuk dibersamai. Agak kecewa sih kemarin 13 Maret ga ikut nemenin asyik-asyikan lomba di UII.

Sebuah keluarga besar yang terlatih untuk berada di bawah, ah kita juga sering di atas. Lomba Baris Berbaris Diyata yang besok 20 Maret kita buat beda. Kita tahu bagaimana caranya kesulitan mencari anggota pleton sampai 10 trio. PPI Kota terakhir pasukan putra ber 8 trio sampai ke peringkat 11, bayangkan saja kalau pasukannya penuh 10 trio, sudah dipastikan bakalan di bawah peringkat 11, hehe.

Ini keluarga saya, okelah status sebagai pelatih tapi kami pelatih yang selalu kembali ke PASDIPTAMA adalah keluarga yang care untuk adik-adiknya. Jangan pernah sampai terulang prestasi juru kunci yang pernah saya alami dulu. Alumni banyak, yang akhirnya kembali penuh ke pasukan ijo terbatas, banyak kesibukan. Mungkin hanya kita-kita yang selo, tak apa lah kami bantu sebisa kami.

Jangan ragukan cinta kami ke PASDIPTAMA, kami dibentuk di Pasukan Ijo ini, tak mungkin kami tega kemudian lari tanpa peduli dari pasukan ini. Mau membandingkan dengan Teladan? Smada? Padmanaba? Mache? boleh, tapi kami mungkin agak jauh di bawah mereka. Jangan biarkan hanya kami saja yang kemudian berhasil membawa PASDIPTAMA sukses, kembalilah ke sekolah membersamai adik-adik kalian mas-mbak, saya yakin cinta kalian pun sama besarnya dengan kami. Belum bisa ke PASDIPTAMA? tak apa lah, doakan kami makin keren.

Terlalu asyik untuk ditinggal, kebersamaannya menyenangkan. Ah cinta saya.





14 Maret 2016

After The Box

Catatan kali ini tentang hal-hal yang terjadi setelah keluar dari kotak. Kotak? Ya kotak, kotak pos lomba baris berbaris. Usai show up skill baris berbaris, keluarlah dari kotakan pos yang dibuat sebagai batas beraksi. selalu kotak.

13 Maret 2016, Lomba Baris Berbaris Prayata ketiga untuk SMP 8 Yogyakarta. Spesialnya adalah si kakak 51 jadi panitia, kakak 52 beberapa bantuin adik-adik 55 beraksi sekedar menemani, adik 53 esok pagi TPM kirim doa via Line, adik 54 esok pagi UTS namun beberapa datang sekedar mampir, si bongsor 55 resmi beraksi di lomba pertama dengan pasukannya sendiri. 2 tahun silam di event ini kakak 52 membuka jalan rangkaian tropi tonti di SMP 8 Yogyakarta, tahun lalu si adik 53 harus kecewa karena kalah poin upacara saja. PASDIPTAMA berjuang di UII, lombanya barengan dengan LBB Prayata.

Belum bertropi kali ini. PASDIPTAMA belum bisa menembus papan atas di LBB UII, berbeda peruntungan dengan partner pasukan putra di PPI Kota tahun lalu yang sukses masuk posisi 11 dengan hanya 8 trio saja dalam pos. Pasukan putri kali ini beraksi dengan 9 trio saja, persiapan di tengah-tengah liburan Ujian Sekolah kakaknya kelas 12 dan keruwetan jelang LBB nya sendiri 20 Maret 2016 mendatang.

Begitu pun dengan Tonti Bhawara, masih belum berhasil masuk 1/3 atas peringkat peserta. Seperti biasa targetnya hanya 1/3 atas peserta. Banyak pemakluman, banyak koreksi bahkan untuk kami, pelatih. 3 Komandan demam panggung, persiapan yang sudah dijalani kemudian lepas fokus, grogi, tegang, jadi satu. Pemakluman lomba pertama?

Apa yang terjadi setelah keluar pos? Menantikan pengumuman, selalu saja menemukan sisa-sisa kekecewaan atas apa yang sudah diusahakan. PPI Kota 2012, lomba baris berbaris pertama saya bersama dengan Tonti Bhawara, sang kakak 51. Usai pengumuman banyak air mata jatuh, yah effort selama persiapan tiba-tiba harus pupus setelah hasilnya keluar. Lomba baris bukan seperti lomba mata pelajaran yang ada standar pasti jawaban yang diinginkan. Oke ada patokan penilaian tapi semuanya kembali ke pandangan mata sang juri. PPI Kota 2015 tahun lalu, adik 53 yang habis-habisan usaha mengumpulkan kawan-kawannya untuk kembali tampil sebagai persembahan lomba terakhir ternyata harus gagal. Adiknya 54 berhasil meraih tropi, 53 dengan usahanya mengumpulkan pasukan ditengah intimidasi 'sudah kelas 9', 'persiapan UN', 'fokus belajar', 'LES' dan lain sebagainya. Dua komandan putri 53 saya jelas terlihat bagaimana kecewa beratnya dengan hasil terakhir yang seharusnya menjadi perpisahan yang manis layaknya kakaknya 52 tahun sebelumnya yang berhasil lolos ke Provinsi sebagai runner up PPI Kota 2014.

55 baru saja menyelesaikan lomba pertamanya dengan hasil yang masih belum memuaskan. Layaknya 51 pertama dan terakhir partisipasi lomba baris dengan hasilnya yang pas-pasan. Kecewa pasti karena dulu hanya ada satu kesempatan lomba, itupun khusus kelas 8, kelas 9 boleh dikata cukup berani untuk mengulang lombanya.

'maaf ya mas, maaf masih belum bisa menangin, maaf' komandan PASDIPTAMA live report hasil lomba di UII. Belum berhasil, hampir seperti biasa. Orang lain kadang hanya melihat hasilnya, entah apapun prosesnya hanya sedikit yang mengikuti. Buat saya kemarin mereka sudah bekerja keras, bermain semanis mungkin sebisa mereka. Para komandan yang saya yakin mereka berusaha keras untuk tidak membuat kesalahan. Komandan yang harus memimpin pasukannya menuju akhir pos. Juara itu selalu dicari tapi proses menuju juara selalu menjadi seni tersendiri.

Hasil kadang sering menyesakkan tapi selalu kita dapatkan evaluasi untuk diri kita sendiri agar jauh makin lebih hebat dari apa yang kita dapatkan hari ini, mungkin hasil yang mengecewakan bisa jadi menjadi tolakan kita menuju sesuatu yang lebih besar. Kadang kita perlu sesekali terjatuh untuk harus belajar berdiri kembali dan berlari, bukan berlari tanpa rintangan.Y
akinlah nak pelatihmu juga ga tega liat anak-anaknya nangis atau paling tidak kecewa dengan hasil akhir. Apa boleh dikata, pleton dengan permainan paling cantik yang berhak juara. Usaha kalian jarang terlihat tapi saya tahu bagaimana kalian berproses. Masih banyak yang perlu diperbaiki, termasuk kami para pelatih yang kadang memang hanya bersuara saja.

Jangan pernah menangis sebelum bawa tropi, itu dulu pesan saya kepada anak-anak Bhawara 51.

29 Februari 2016

BHAWARA-PASDIPTAMA

"mas posingan e Bhawara terus sih?"
jleb, anak PASDIPTAMA yang bilang.

Mau dikata apa lagi, kerjaan di SMP 8 Yogyakarta, SMA 11 lebih sering ketinggal. Jujur cinta ini masih buat SMA 11 Yogyakarta, PASDIPTAMA pastinya. 2006 sudah saya idamkan masuk tonti, semenjak dari SMP 16 Yogyakarta belum kesampaian. Ingat saya ini orang gagal, baca ini http://muktiahmad56.blogspot.co.id/2011/11/cerita-orang-sukses-itu-sudah-biasa.html

2012 mulai resmi melatih di SMP 8 Yogyakarta, headcoach semasa SMA dulu yang mengarahkan. Pesannya satu, profesional, jangan pernah harapkan banyak uang, bekerjalah serius nanti uang akan datang sedniri. Benar saja ternyata isinya anak-anak ajaib, super sekali. Membangun dinasti itu lama, berat, susah, butuh waktu.

Kembali ke SMA 11 Yogyakarta, ketahuilah mas-mbak sistem kepelatihan di PASDIPTAMA itu beda. Tidak ada pelatih yang dikontrak dari luar kecuali hanya alumni tonti yang turun menurun melatih, kami anggap main untuk membersamai latihan baris. Seneng banget ke SMA liatin baris? CINTA, cukup satu kata itu aja yang selalu kami bawa. Bolehlah kalian anggap kami (alumni) pelatih, dalam diri kami ini untuk bakti kami yang dulu pernah latian dan pengen PASDIPTAMA jadi lebih luar biasa dari pasukan kami dulu.

Alumni itu banyak, cuma yang sempat balik untuk PASDIPTAMA terbatas. Kami semua CINTA untuk PASDIPTAMA, kami ingin PASDIPTAMA makin seru.


Khusus dari saya sendiri, maaf lebih sering tidak hadir, pekerjaan di sekolah lain (anggap saja mereka adik-adik kalian). Kami (alumni) selalu ada untuk kalian, sehari saja melewatkan kebersamaan PASDIPTAMA serasa tidak lengkap. Tetaplah kompak, jangan pernah lupa untuk kembali ke PASDIPTAMA kelak ketika sudah lulus, adik-adik kalian butuh cerita hebat kalian, syukur-syukur memang ada dedikasi untuk melatih PASDIPTAMA.


Mas-mbak, saya cuma pengen BHAWARA juga punya keluarga Alumni layaknya PASDIPTAMA yang kelak bakalan pegang mereka juga, ga usah iri, CINTA ini beda untuk PASDIPTAMA.

22 Februari 2016

Coach

"wah mas mukti kece"
"bukan orangnya tapi tulisannya"

Huuueeeee si anak ajaib nomer empat screenshot chat via Line tembennya yang ada di SMP sebelah. Entah dapet darimana sumbernya, tulisanku nyebar. Surat cinta itu, buat anak ajaib nomer dua dan review prestasi buat burning anak ajaib nomer tiga. Fix kerja sebagai pelatih tonti anak-anak ajaib ini semenjak 2012. Prestasi pun baru datang di 2014, susah bawa anak-anak ajaib yang meledak-ledak.

Anak-anak ajaib? ya aku lebih seneng nyebut mereka dengan julukan itu, nomer satu-dua-tiga-empat-lima dan tengah tahun ini siap datang nomer enam. Ngajari baris untuk anak SMP bukan perkara mudah, beda dengan anak SMA yang tinggal sentak jadi. Semangatnya ilang-ilangan, mau latihan serius susah, dibentak pun malah ketawa-ketawa. Bukan ga bisa tegas, harus dengan pembawaan yang beda.

Serame apapun ketika latihan, seribut apapun itu, pas lomba udah deh kayak "orong-orong kepidak", diem, anteng, tegang mungkin. Pelatihnya yang bingung, anak-anak ajaib ku mah santai-slow-rame-jarang lengkap. Karena makin lama mereka terbang makin tinggi. Prestasi siap menanti di depan. Kata kakak mereka, SMP nya udah diperhitungkan di persaingan pertontian SMP Kota Yogyakarta. Alhamdulillah, kerja keras berbuah manis. Susahnya adalah menjaga tempo, mirip dengan latihan jalan di tempat, jaga tempo paling susah, jaga ritme prestasi pun sama, SUSAH.

Ku pikir pun tidak cukup hanya teriakan dan baris saja. Perlu ada sentuhan sedikit untuk semangat, dimotivasi oral agak susah, paling cuma beberapa aja yang nangkep, sisanya blong. Bahasanya ketinggian mungkin. Beberapa memang harus dituliskan, beberapa checkpoint prestasi atau kegagalan. Prestasi untuk menunjukkan betapa kuatnya mereka dan kegagalan untuk mengingatkan bahwa kita juga sering jatuh, terlalu sering.

Ga usah banyak-banyak, lain waktu, segera surat cinta untuk anak-anak ajaib nomer tiga yang mau lanjut ke SMA, goodluck guys.

18 Februari 2016

Fly High 53!

Lagi, pasukan terbaik siap terbang menuju sekolah impian beberapa bulan ke depan, yakin deh ga bakalan kerasa beberapa bulannya.

2013, awal pertama turun lomba PPI Kota Yogyakarta. Sebagai anak baru tau lomba baris dengan pasukan yang ga kira-kira jumlahnya (yang putri). Bayangpun, kalau saja panitia ngeh pasti udh kena diskualifikasi, dari aturan 30 anak dalam pasukan dengan 5 cadangan ternyata ga bisa mengakomodir jumlah pasukan yang jumlahnya 40an, alhasil dengan 12 cadangan semuanya masuk gantian, yang penting semua main. Cuma angkatan 53 aja yang punya 2 pasukan, 1 putra dan 1 putri, beda dengan kakak dan adiknya yany 1 putra dan 2 putri. Hasil lomba perdana, yah sudah dipastikan ambyar.
2014, kemudian mulai mendobrak pakem dengan ikut lomba selain yang diselenggarakan PPI. Jatah 2 lomba milik kakak-kakak 52 yang akhirnya dapet tropi pertamanya, cari aja kisahnya di cerita anak ajaib nomer dua. Nah di adik, tonti bhawara 53, anak ajaib nomer 3 dapet kesempatan ikut LBB Diyata. Lomba baris paling nyleneh di Kota Yogyakarta dg aturan 7 trio. Dan hasilnya alhamdulillah ini anak-anak baru dapet juara 3-4-5 setelah pasukannya displit jadi 3 pleton khusus LBB Diyata, tropi pertama anak ajaib nomer tiga. PPI Kota kedua masih gagal, kakaknya 52 yang sukses dapet tiket ke Provinsi.

Membuka 2015 dengan LBB Diyata lagi kali ini masih dengan 3 pleton, 1 putra-1 putri-1 campuran, yah lombanya boleh pake pasukan campuran. 2014 lalu yg bertropi pleton campurannya, kali ini pleton putra dan putri yang beraksi dapet juara 2 dan 3 dengan komandan nyaris juara, Ariq. Sayang anak ajaib nomer 3 ini akrab dengan nyaris. Lomba sebelum Diyata, Prayata (LBB Teladan) kalah tipis poin upacara, that was a close! Berlanjut di LBB Smada yang 5 tahunan prestasinya lebih asyik, dobel juara 2 dengan komandan Prastowo harus ikhlas gelar komandan terbaiknya lepas gara-gara panitia yg kurang teliti. PPI Kota terakhir jatah mereka coba untuk dijajaki, sayang belum rejeki di PPI Kota, susah payah mengumpulkan pasukan untuk lomba terakhir dan harus kandas lagi. Adiknya si anak ajaib nomer empat dapet tiket provinsi dan juara 3 provinsi.

Bangga ketemu sepasukan anak ajaib lainnya, Tonti Bhawara 53, bagian SMP 8 Yogyakarta. Bangga bantu kalian angkat tropi. Perjuangan kalian masih panjang, UN di depan mata. Berusahalah sekeras gebrakan kalian, seasyik putaran aksen bahu kalian, secepat tangan ke posisi hormat. Terima kasih, semoga sukses di SMA kelak. Maaf hanya sedikit yang bs pelatih kalian berikan, kebanyakan omong ya? Kabari pelatih kalian kelak kalian bakal beraksi sekeren apa di SMA mana, ga harus di Tonti, kembangkan diri selalu pake tagline kita, JUARA!

*catatan perjalanan anak ajaib nomer tiga, ralat keterangan di foto Juara 2 LBB Diyata 2015 Komandan Ilma dan Juara 3 LBB Diyata 2015 Komandan Ariq

17 Februari 2016

Surat Cinta itu . . .

Suatu ketika, bulan itu confirmed berangkat ke Belanda, seminar  bersama PPI Wageningen, pekan sebelum PPI Kota saya harus ke Kedutaan Besar Belanda untuk ngurus visa. Anak-anak juara 2 dan saya tidak di sana. Beberapa pekan berikutnya pas harus berangkat ke Belanda, kembali saya tinggal dan saya puuskan bikin surat cinta ini

Surat Cinta untuk Pleton Inti Bhawara 52
Dua tahun yang lalu sekitaran bulan November 2012, saya
masih ingat betul memasuki SMP 8 Yogyakarta untuk pertama
kalinya dikenalkan dengan Pleton Inti Bhawara, saat itu yang
menyambut adalah para Senat dan Komandan Pleton Inti
Bhawara 51 yang sudah lulus pertengahan tahun ini. Misi saat
itu adalah membimbing Pleton Inti Bhawara untuk ikut lomba
PPI Kota Yogyakarta 2012 yang berisikan 2 pleton pasukan putri
Bhawara 51 dan masing-masing 1 pleton pasukan putri
Bhawara 50 dan 51. Dan dipojokan depan masjid menanti 3
pleton pasukan anak-anak kelas 7 yang mungil-mungil berlatih
namun tidak ikut disertakan. Pikiran saat itu, kalau memang
boleh mengirimkan lebih dari 7 pleton mungkin mereka bisa ikut.
Tapi apa daya peraturan menyebutkan tiap sekolah maksimal
hanya boleh mengirimkan 6 pleton.
Berbeda dengan kasta anak-anak SMA yang berlomba dengan
gengsi yang gila-gilaam tapi tetap seru. Lomba anak SMP
menjadi ajang pencarian tambahan nilai untuk masuk SMA.
SMP 9 masih selalu di atas dan SMP 5 masih menjadi musuh
untuk gengsi anak SMP 8. Atmosfernya sangat kental ketika
berhadapan dengan SMP 5.
Kembali ke anak-anak kecil yang dipojokan tadi. Tahun
berikutnya merekalah yang menjadi pembesar Pleton Inti di SMP
8. Akhirnya muncullah beberapa bocah, Ezra-Enggar, Fahmi-
Winda, Ucup-Tata, Awan-Dhella dan duo pasangan komandan
Alfi-Detta dan Rio-David. Agak ribet untuk menentukan siapa
yang akan menjadi pengurus Tonti dan Komandan. Butuh sekitar
3 bulan sampai mereka fix jadi berduabelas di atas.
Berdua bersama kawan yang baru saja lulus sudah dibebani PR
untuk mengangkat nama SMP 8 kembali ke jalur persaingan
lomba baris karena dulu pernah sempat juara Provinsi. Tahun
2013 masih mengikuti tradisi bahwa lomba yang diikuti hanya
PPI Kota, agak berat lomba yang hanya sekali tanpa studi
banding atau try out. Akhirnya tahun 2013 hasil PPI Kota
lumayan agak di bawah. Dua Pleton Putri yang pertama ikut
lomba mungkin grogi sampai banyak kesalahan, untuk Putra
sedikit memunculkan harapan dengan peringkat 6 nya. Baru
pada tahun berikutnya akhirnya mendapatkan tropi juara untuk
pertama kalinya melalui maraton lomba yang luar biasa.
Akhirnya kembali ke jalur juara setelah tahun kedua dibersamai
tim pelatih. Puncaknya baru saja kemarin akhirnya masuk ke
bursa juara PPI Kota. Pencapaian yang luar bisa.
Terima kasih atas kerja kerasnya. Dua tahun di SMP 8 yang luar
biasa. Mungkin saya tidak akan lama lagi bertahan, sampai
pertengahan tahun depan atau bahkan kurang. Pekan ini
kembali kalian harus berlomba, tanpa saya. Tolong beri saya
kabar gembira lagi, maaf tidak bisa mendampingi, saya yakin
kalian pasti bisa, buatlah momen yang kalian sebut purna tugas
besok menjadi momen yang tidak akan kalian lupakan.
Terbanglah tinggi dan bawakan saya tropi Provinsi besok
minggu.
terucap cinta dan seluruh rasa bangga untuk Pleton Inti
Bhawara 52, selamat berjuang!

17 Februari 2016 saya masih di Bhawara dan ketika di Belanda, sebangun saya waktu Belanda kemudian mereka berkabar, Detta Komandan Terbaik DIY, alhamdulillah cinta saya sampai ke mereka. Thanks guys. Adik kalian kembali akan terbang menyusul sukses kalian tahun lalu.

2016

Hhmmm apa yang spesial? Indomie rebus pake telur? Bukan!

Yuk lempar ke 2006. Bulan-bulan ini persiapan UN, mulai Tes Pendalaman Materi mulai Kota sampe Provinsi, menuju UN lah. Peristiwa besar di checkpoint 2006 kala itu adalah Gempa Bantul yang kemudian menandai perjalanan hidup di SMA. Masuk SMA. Apa spesialnya masuk SMA? Kata orang banyak masa SMA adalah masa paling asyik, katanya.

Peralihan dari anak-anak sok dewasa (anggap saja remaja) menjadi anak-anak yang lebih gedhe (beda ga?). At least they found another adventure. Kawan baru, kelas baru, first step to the other future. Istimewanya mungkin ada yang nemu cinta, mulai galau-galau-an, level GR yang tiba-tiba naik drastis. Semuanya berubah, ada yang belum terungkap perasaannya sampai sekarang? Hampir 10 tahun mblo.

10 tahun segera genap beberapa bulan ke depan semenjak pijakan petualangan di SMA, sudah jadi apa?

10 Februari 2016

Minggu Siang menuju Senja

Minggu, sebut saja Ahad, biar beda. Seperti biasa jam biologis berada pada kondisi paling tidak jelas. Semalam ronda, pagi ini jam biologis rusak. Sepekan sekali selalu rusak jam biologis di Ahad pagi.
Ahad ini tanpa agenda njagong atau acara-acara ga jelas lainnya, pagi nyuci lalu mapan lagi.
Siang, 13.30, anggap saja jelang senja, 2 jam lagi waktu ashar. Karpet tergelar, tempat favorit tidur. Tanpa empuk-empuk, bantal aja ngganjel kepala. Cling, mimpi.
Terbang ke suatu bangunan, familiar, putih-putih, resepsionis, baju putih-putih, rumah sakit. Ini agak aneh, jalur sepeda motor masuk sampe lobi. Kebo, tunggangan kesayangan, nama sayang buat megapro yang dibeliin bapak ku tuntun dalam gedung sesuai dengan jalur yang disediakan. Eh ternyata di sebelah kanan jalur sepeda, oke stay on the motorcycle line. Di belakang adik ngikut bantu dorong. Di depan mungkin UGD, darah tercecer, dorong kebo nya agak-agak tricky, angkat sana-sini. Sampe di depan entah kebo udah dimana, di atas monitor tayangan tv mana entah. "Dik, ke kamar ibuk yuk, lama ga ke rumah sakit, bapak aja yg bolak-balik nungguin ibuk" sekiranya gitu kalau jadi percakapan, cuma mbatin aja sebenernya. Bangsal bougenvil atau apa lupa, baru sadar kenapa ga pernah ke rumah sakit, ibuk sedo. Muk lupa?
Ah mimpi.

Kangen ibuk.

5 Januari 2016

Failed or to be failed?

I used to be failed, but I won't let second failure came to me?

Gagal sudah jadi bagian perjalanan ini,
Gagal masuk Teladan,
Gagal jadi anggota MPK SMA 11,
Gagal jadi ketua pelaksana MOS, actually ga tau kerjaannya gimana, maklum pengalaman perdana jadi ketua MOS dan failed, as always,
Gagal masuk FK UGM,
Gagal lolos beasiswa PPA sekali,
Gagal lulus cumlaude, bahkan IP pernah 2,XX,
Gagal lulus tepat waktu,
Gagal lolos CPNS KLH, damn udah ngimpi bisa kerja di KLH, maklum bawaan aktivis lingkungan amatiran,
Gagal lolos seleksi LPDP,
Dan mungkin banyak lagi.

Prinsipnya satu yang selalu ku pegang, gara-gara sok-sokan pake motto "never give up" jadi keterusan aja. Dari kecil sering punya mainan, dibongkar, dan kemudian gagal dipasang lagi, setidaknya ada sedikit skill engineer walau ga kesampaian juga pengen kuliah di FT. Hehe, ga nyambung yang satu terakhir. It's not a big deal when you failed once or twice, at least you've been try it. Tapi once aja, jangan sampe twice atau ada third times juga.
First failed kasih aja kewajaran, which mean harus banyak evaluasi, bukan sekedar meratapi nasib atas kegagalan pertama tapi harus ada tekad untuk harus ada perbaikan di next try.  Gagal itu wajar, ga mau lanjut untuk usaha itu berarti ada yang salah. Belum rejeki, anggep aja simpel, ga usah lebay.
Ada kalanya kita dihadapkan pada problem, we don't get the minimum requirements, ga masuk syarat minimal. Minder? Merasa ga pantes? Takut gagal? Ini yang salah, kadang minimum requirement selain untuk membatasi jumlah pendaftar juga bisa jadi ujian tekad seseorang. Pernah dulu jadi panitia seleksi rekrutmen asisten di kampus sengaja masang minimum requirement buat njaring sebenernya ada ga sih yang nekat mau daftar under the minimum requirement. Kadang memang usaha ga perlu dilihat dari seberapa besar kalian lebih tinggi dari syarat minimal tapi seberapa struggle kalian berusaha.

Gagal sudah jadi bagian perjalanan ini, tapi kemudian ternyata ada jalan yang lebih asyik yang tidak kita duga,
Gagal masuk Teladan, saya masuk SMA 11 Yogyakarta, yah lumayan tiap pagi dulu liwat Teladan udah seneng liat plakat SMA 1 di gedung Teladan paling barat, dan SMA 11 ternyata memberi petualangan yang luar biasa, ku pikir ga bakalan seseru di Teladan, In My Opinion.

Gagal jadi anggota MPK SMA 11, mau ga mau tinggal ada slot OSIS yang tiap tahun harus apply lamaran ke OSIS, first try apply OSIS setelah gagal tes MPK langsung jadi kandidat Ketua OSIS, tapi karena emang kurang backup jadi gagallah jadi Ketua OSIS, but it's really fun bisa ngubyek-ubyek SMA 11, beside alhamdulillah jadi Koorďinator Divisi Rohis kala kelas 10 dan Ketua Rohis di kelas 11 walau di bawah ketua umum nya but it's all worth.

Gagal jadi ketua pelaksana MOS, actually ga tau kerjaannya gimana, maklum pengalaman perdana jadi ketua MOS dan failed, as always, sumpah yang ini malu banget, ketika evaluasi ditanyai Ketua Umum "dik sebenernya kamu dong enggak sih dg kerjaan mu?" Dan saat itu beneran ga tau apapun yang harus dikerjakan, padahal ketua pelaksana jadi hal yang paling krusial di hari H. Super failed, dan tahun berikutnya, alhamdulillah dapet amanah untuk ngOSIS lagi akhirnya jadi Ketua Umum MOS, dan tekad udah bulat untuk tidak mengulangi kesalahan sebelumnya. Pas saat itu juga barengan ngetua-umumi MOS eh dikasih kerjaan ketua pelaksana kegiatan baris-baris yang seiring lanjutan MOS, biasa lah jaman SMA yang identik sering disebut ajang balas dendam padahal pure murni ga ada apa-apanya.

Gagal masuk FK UGM, yah bukan jalan jadi perawat tapi dikasih jalan buat jadi petani, yeah Fakultas Pertanian UGM, ternyata pertanian lebih krusial, gimana caranya harus bisa menunjang ratusan juta perut manusia Indonesia, masalah hidup-mati banhsa bung.

Gagal lolos beasiswa PPA sekali, yang ini ga terlalu penting lah, tapi alhamdulillah beberapa semester bayar kuliah sendiri tanpa minta ibuk-bapak.

Gagal lulus cumlaude, bahkan IP pernah 2,XX, IPK itu bonus buat saya, ga perlu muluk-muluk, asal bisa sosialisasi ama warga kampus tapi tetep ada waktu buat masyarakat, buat apa ilmu tinggi-tinggi kalo ga bisa ngasih manfaat ke masyarakat.

Gagal lulus tepat waktu, semester 10 dan masih dapet periode 4 wisuda di kampus, alhamdulillah akhirnya lulus, dapet kesempatan ngubyek-ubyek prodi juga bantuin akreditasi.

Gagal lolos CPNS KLH, damn udah ngimpi bisa kerja di KLH, maklum bawaan aktivis lingkungan amatiran, belum rejeki, insyaalloh ngincer PNSan lagi kalo udah ada bukaan lagi entah kapan pakde jokowi ngasih kesempatan lagi buat PNSan serentak lagi.

Gagal lolos seleksi LPDP, yah kikuk di percobaan pertama, ga punya pengalaman interview, ga mateng di konsep kuliah, macem-macem lah gagalnya, alhamdulillah ternyata masih ada jalan untuk daftar S2, dalam negeri aja di UGM, via beasiswa UGM alhamdulillah udah hampir habis 1 semester pertamanya.

Gagal ga perlu malu, akui saja, gentle kok ngaku kalah, bukan berarti kemudian lemah tapi mengumpulkan tenaga ulang untuk mencoba kembali dan jangan pernah gagal di percobaam berikutnya. Saya orang gagal dan saya akui itu. Maknai pepatah "keledai tidak akan jatuh pada lubang yang sama" untuk jadi pedoman langkah selanjutnya. Kalo memang gagal ya syukuri aja, insyaalloh skenario Alloh itu asyik, jangan lupa bersyukur. Gagal atau merasa gagal, jangan pernah dijadikan masalah besar, evaluasi dan cari cara untuk tidak gagal pada hak yang sama.

Diantara mimpi terbang kembali ke Eropa, summer course di Amsterdam tengah tahun ini, iseng-iseng kemarin nyoba posting foto tiket nonton Negeri Van Oranje, dan baru dapet kabar 1 dosen bakalan cuss ke Wageningen pekan ini, ah envy.